Rabu, 14 September 2022

Koneksi Antarmateri Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid

 

Koneksi Antarmateri Modul 2.1 
Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid


              



Dengan:
Instruktur                : Bp. Sigit Kurniawan
Fasilitator                : Bp. Trireko Hernando
Pengajar Praktik    : Bp. Dede Rudiana

Oleh: Kunti Dewi Hambawani
CGP Angkatan 5 Kab. Merangin

 

“Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya.”  (Arthur Aufderheide)

Pengertian Pembelajaran Berdeferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid (Tomlinson, 1999:14). Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdeferensiasi adalah proses pembelajaran untuk mendukung semua murid di kelas. Pembelajaran ini dapat dilakukan di kelas dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar dengan pada rumusan tujuan yang jelas, merespos kebutuhan belajar, menciptakan lingkungan belajar yang memicu untuk belajar dan bekerja keras, mengelola kelas, dan penilaiannya berkelanjutan

 

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal

yaitu dengan:

Pertama, menetapkan keputusan yang masuk akal, yaitu:

1.   Tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas. Guru harus paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar dapat menentukan bagaimana ia dapat membantu murid-murid untuk mencapainya

2.   Merespon kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek yaitu pertama, kesiapan belajar murid yaitu kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Kedua, minat yaitu respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan. Ketiga, adalah profil belajar murid (lingkungan, budaya, gaya belajar: auditori, visul, dan kinestetik).

 

Bagaimana saya mengidentifikasi kebutuhan murid:

a.  Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru benar-benar memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b.  Melihat kesiapan dengan mengamati atau bertanya langsung terkait dengan materi yang akan dipelajari, setelah dipertemuan sebelumnya sudah diarahkan bahwa pertemuan hari ini akan mempelajari materi baru atau materi yang masih terkait dengan materi sebelumnya

c.  Untuk menumbuhkan minat dapat dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (sedikit humor, menggunakan model/alat), menyampaikan manfaat terkait dengan materi yang akan dipelajari, memberikan ruang gerak untuk mengenali dan mendalami secara pribadi materi yang akan dipelajari

d.  Menyediakan, memberikan kelonggaran murid untuk memilih lingkungan belajar yang nyaman (di dalam atau di luar kelas, di pustaka, di taman), fleksibel dengan memperhatikan gaya belajar murid. Saap MPLS, PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah) dilakukan dengan Gform https://forms.gle/LaTaigXXh14r55PJ9

Pengenalan lingkungan sekolah

e.  Terkadang sesekali kita berdialog dengan guru lain yang sebelumnya mengajar, tentang bagaimana kemampuan murid si A si B, atau secara per-kelas

f.   Ketika kegiatan MPLS untuk kelas X, panitia menyebar kuesioner tentang minat kegiatan ekstrakurikuler dalam link https://forms.gle/5NV7mx3ttc81oszh7

Hasil instrumen bakat minat

g.  Ketika awal tahun pelajaran, siswa kelas X kebetulan saya mengajar di kelas X dan mengajar Bahasa Indonesia), murid diminta untuk menuliskan minat apa yang disukai pada mata pelajaran Bahasa Indonesia: drama, baca/menulis puisi, ceramah/pidato, bercerita, menulis cerpen/novel, menulis karya ilmiah, MC, Pembaca berita, Pantomim, atau keterampilan lainnya

h.  Seringnya saya melihat respon murid ketika saya masuk kelas, lalu mengamati sikap perilaku murid. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bagaimana minat murid terhadap materi atau pembelajaran yang akan dilaksanakan.

i.   Terkadang saya menyempatkan memberikan pertanyaan pemantik untuk melihat respon murid.


3.   Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar

Bagaimana caranya, saya akan mencoba untuk menggunakan strategi mendeferensiasi pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu atau beberapa dari deferensiasi konten, deferensiasi proses, dan deferensiasi produk

 

Implementasi dalam pembelajaran yang saya lakukan antara lain:

a. Deferensiasi Konten: menyiapkan materi pengetahuan, konsep, dan keterampian dalam format buku, blogger milik saya sendiri http://callidewi.blogspot.com, PPT, video, rekaman (audio), poster canva, media kartu-gunting-kertas. Materi dikemas dengan bahasa yangmudah dipahami murid. Mengartikan kata popular (kata kunci)

b. Deferensiasi Proses: murid berlatih memahami atau memaknai konten. Saya akan berusaha mendampingi dngan melihat keragaman murid. Mengelola kelas dalam pembelajaran secara individu ataupun kelompok. Memberikan kebebasan murid untuk mencari, menemukan pembelajaran yang sesuai minat, memilik lingkungan belajar di dalam atau di luar kelas, di pustaka, taman, gazebo, tepi kolam rawa. Mereka bebas memilih

c.  Deferensiasi Produk, memberika kelonggaran bagi murid yang memiliki tingkat pemahaman yang membutuhkan bimbingan dengan menjawab semampu mereka. Yang memiliki kemampuan cukup mahir dapat membuat presentasi. Yang sangat mahir dapat membuat inovasi. Memberikan kebebasan berekspresi sesuai keinginan kesenangan lewat tulisan, diagram/grafik, demonstrasi, membuat video, rekaman, gambar, naskah, atau memanfaatkan internet (media sosial) untuk berbagi karya. Ingat, produk harus mngacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

4.   Manajemen kelas yang efektif terkait guru menggunakan prosedur, metode yang fleksibel, terstruktur jelas, meskipun kegiatan berbeda kelas tetap berjalan efktif. Mengelola kelas dengan budaya positif yang telah diyakini bersama. Praktik yang sudah saya lakukan adalah bersama murid membuat keyakinan kelas dengan memanfaatkan http://mentimeter.com dengan mengakses laman https://www.menti.com/oitkx22cs2 dan hasil presentasinya pada laman https://www.mentimeter.com/app/presentation/783aa71be53207770c1e31f170498249/20348cd3ce14


Keyakinan Kelas/Mentimeter.com

5.   Penilaian berkelanjutan

     Tujuan penilaian berkelanjutan ini adalah untuk melihat ada perkembangan atau tidak dari pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian formatif dapat menentukan seefektif apa pembelajaran deferensiasi. Penilaian ini dilakukan saat proses pembelajaran. 

Kedua, memahami bahwa pembelajaran berdeferensiasi bersifat proaktif dan kualitatif. Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki dampak kualitas bukan kuantitas (berapa banyak).

Ketiga, Penerapan yang telah saya lakukan adalah:

1)  Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru benar-benar memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

2)  Melihat kesiapan dengan mengamati atau bertanya langsung terkait dengan materi yang akan dipelajari, setelah dipertemuan sebelumnya sudah diarahkan bahwa pertemuan hari ini akan mempelajari materi baru atau materi yang masih terkait dengan materi sebelumnya

3)  Untuk menumbuhkan minat dapat dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (sedikit humor, menggunakan model/alat), menyampaikan manfaat terkait dengan materi yang akan dipelajari, memberikan ruang gerak untuk mengenali dan mendalami secara pribadi materi yang akan dipelajari

4)  Menyediakan, memberikan kelonggaran murid untuk memilih lingkungan belajar yang nyaman (di dalam atau di luar kelas, di pustaka, di taman), fleksibel dengan memperhatikan gaya belajar murid

5) Terkadang sesekali kita berdialog dengan guru lain yang sebelumnya mengajar, tentang bagaimana kemampuan murid si A si B, atau secara per kelas

6)  Ketika kegiatan MPLS untuk kelas X, panitia menyebar kuesioner tentang minat kegiatan ekstrakurikuler dalam link https://forms.gle/5NV7mx3ttc81oszh7

7)  Ketika awal tahun pelajaran, siswa kelas X kebetulan saya mengajar di kelas X dan mengajar Bahasa Indonesia), murid diminta untuk menuliskan minat apa yang disukai pada mata pelajaran Bahasa Indonesia: drama, baca/menulis puisi, ceramah/pidato, bercerita, menulis cerpen/novel, menulis karya ilmiah, MC, Pembaca berita, Pantomim, atau keterampilan lainnya https://forms.gle/A9YZv8mgY9c3CUBN8

Minat bidang bahasa dan sastra

8)   Seringnya saya melihat respon murid ketika saya masuk kelas, lalu mengamati sikap perilaku murid. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bagaimana minat murid terhadap materi atau pembelajaran yang akan dilaksanakan.

9)  Saya menyempatkan memberikan pertanyaan pemantik untuk melihat respon murid.

10)Bersama murid membuat keyakinan kelas dengan memanfaatkan mentimeter pada link memanfaatkan http://mentimeter.com dengan mengakses laman https://www.menti.com/oitkx22cs2 dan hasil presentasinya pada laman

11)Penilaian saya lakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Bahasa Indonesia sekecil apapun hal yang dilakukan oleh murid tidak boleh dikesampingkan. Dengan benar-benar melalukan pengamatan, penilaian diskusi (keaktifan), kekritisan berpendapat, keinovatifan tugas, semuanya terangkum dalam penilaian  keberlanjutan. 

 

Keterkaitan modul 2.1 dengan modul lain.

1.    Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 1.1 (Refleksi Filosofi KHD)

Sesuai amanah tujuan pendidikan berdasarkan filosofi KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Artinya pendidikan itu berpusat pada murid, murid, dan murid. Guru sebagai “pengemong”. Mengingat tujuan pendidikan tersebut maka kaitannya dengan peran guru  sangat besar yaitu dalam guru harus memperhatikan kebutuhan belajar murid . Menuntun dan membimbingnya dengan memperhatikan bagaimana dia melihat kesiapan belajar, memperhatikan minat, dan melihat profil belajar. Seorang penuntun harus melihat bagaimana ia harus mendesain dalam pembelajaran diibaratkan petani yang menyemai benih, harus disiapkan lahannya sebaik mungkin, dijaga, dirawat, disiangi, dipupuk, agar panen dengan hasil baik. Pembelajaran deferensiasi memperhatikan proses menuntun tersebut dengan memperhatikan strategi konten, proses, dan produk.

2.    Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 1.2 (Nilai dan Peran Guru Penggerak)

Guru sebagai penuntun juga dituntut untuk menumbuh-kembangkan pelajar berprofil Pancasila dengan mengilhami nilai dan peran guru penggerak. Dalam pembelajaran berpusat pada murid, maka melihat lima kebutuhan dasar dari murid maka keteladanan dari kita merupakan hal besar yang harus diperhatikan. Sebagai agen perubahan menyelami nilai pengerak dengan berpusat pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif menjadi kendali besar dalam proses perubahan pada murid. Peran guru penggerak antara lain sebagai pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan dan penggerak komunitas. Membaca arah keterkaitan dengan modul 2.1 maka pembelajaran dengan memenuhi kebutuhan murid dengan pembelajaran deferensiasi sangatlah berhubungan timbal balik. Pembelajaran dengan refleksi guru dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan akan menyelaraskan dengan pembelajaran deferensiasi. Sbagai pemimpin pembelajaran, guru secara sigap harus mengenali kesiapan belajar sejak awal. Menumbuh-kembangkan daya kreativitas dan inovasi  diri dan murid akan terwujud dalam produk yang dihasilkan dalam pempelajaran deferensiasi.

3.    Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 1.3 (visi Guru Penggerak)

Visi tau arah ke depan seperti apa dari proses pembelajaran yang dilakukan?  Tergerak dari pertanyaan tersebut maka pembelajaran deferensiasi membawa perubahan pada murid dan pada sebuah komunitas (sekolah) dengan prakarsa IA (inkuir Apresiatif) dengan pendekatan BAGJA, megarahkan pada buat pertanyaan apa yang sudah ada. Ambil, kumpulkan kembali yang sudah ada (asset-aset, budaya baik). Gali mimpi, apa yang dapat diraih nanti, apa harapan. Jabarkan rencana secara jelas. Dan  Atur eksekusi, dengan siapa. Di sinilah letak keterkaitan dengan modul 2.1, untuk perubahan besar maka kolaborasi dalam menyediakan lingkungan yang mengundang untuk perubahan. Memanfaatkan segala potensi yang ada di sekolah dalam menunjang pembelajaran deferensiasi sangatlah penting.

4.     Keterkaitan modul 2.1 dengan modul 1.4 (Budaya Positif)
Budaya positif tercermin dari disiplin positif yang sudah ada dan sudah dibiasakan dibudayakan di sekolah. Disiplin positif akan mengarahkan bagaimana pembelajaran berpusat pada murid dengan memperhatikan bagaimana menciptakan lingkungan positif untuk murid dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu budaya positif juga mengiring guru untuk memahami kebutuhan dasar murid kita. Pemahaman tersebut sejalan dengan modul 2.1 tentang pemenuhan kebutuhan belajar murid dengan pembelajaran berdeferensiasi, semua tertuju untuk pelayanan terpusat pada murid.

Kesimpulan secara garis besar keterkaitan dari modul 1.1 s.d modul 2.1 bahwa menuntun murid sesuai kodratnya menuju keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dengan tiga filosofi KHD yaitu sistem among dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan universal. Memfokuskan nilai dan peran pengerak pada pembelajaran berpusat pada murid sebagai pemimpin pembelajaran. Menentukan arah dan harapan masa depan dengan strategi BAGJA untuk menumbuh kembangkan budaya positif yang sudah ada dalam pemenuhan kebutuhan belajar murid dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi dengan tetap mempedomani pada penilain berkelanjutan.

 

 

 

 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Sastra

Kalian dalam Sebuah Episode