Mengintip
Siluet Sang Kurator @ek_wardana
(Kunti Dewi Hambawani)
Malu? Ah tidak!
Mengapa belajar
harus malu?
Minder?
Sangattttttttttttttttttt! Sebab aku pendatang baru. Mencoba meraba tulisan
teman-teman di gubuk Antologi 10. Benar, seolah anak burung yang saling
berkeciap ketika sang induk hinggap dengan berjubel makanan di mulutnya.
Teman-teman saling berebut meminta koreksi atas tugas yang telah di-pos-kan ke
email “Sang Asal Njeplak”.
Ah, lelaki
sederhana yang doyang menggerayangi alam. Sepertinya, makan merupakan hobi
keramat yang harus dilakoni seperti tapa
brata. Lihat saja, makmur perutnya. Ups! Maaf, di sengaja. Sedikit aku
mengintip malu-malu ke laman Pesbuk-nya.
Postur? Tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Indonesia sebab jika
disandingkan dengan Michael Gregeyes─aktor film-film suku Indian itu, ya
jauhlah. Kulit sawo matang dengan sedikit kumis yang dapat dihitung berapa
helai jumlahnya seperti kumisnya Tukul Arwana. Hiks...hiks...
Dari sorot
matanya, ada kejudesan yang mahatinggi mungkin kekenyangan makan kali ya, makan
tulisan maksudku. Judes saat mengoreksi
tulisan kami, bimbingan beliau di Antologi 10. Di lain sisi, ada kepingan
kesederhanaan, kesederhanaan dari arah yang entah aku pandang dari sebelah mana,
sebab walaupun kemampuan tulis-menulisnya
tidak diragukan lagi, dia jauh
dari kesan sombong. Kelembutannya mengalir meskipun agak-agak pelit, tetapi
tidak juga kok. Kelembutan yang disuguhkan ketika selesai tulisan dibantai
habis dengan sambel kritik pedas─lalu “mak
nyess”. Adem.
Eka
Wardana, disematkannya
nama itu oleh sang ayah dengan makna putra pertama yang suci, bersih. Pantas
saja jika mengkoreksi tidak pandang itu siapa, kamu dari mana, tidak tebang
pilih, semua setara. Semua dinilai apa adanya berdasarkan kemampuan
masing-masing. Dianalisis menurut kadar keilmuan yang tepat dan benar. Bukan
hendak memuji, sungguh! Seorang Kurator
yang blak-blakan, tegas, nyebelin,
terkadang bikin “esmosi” dan sakit
hati alias “nylekit”. Seorang penyihir hebat dalam bersilat kata
dalam bentuk tulis, seperti Hermione Granger yang
cerdas dalam Kisah Harry Potter. Lihat saja, goresan penanya membludak, membuat
iri siapa saja. Tulisan-tulisan yang ringan tetapi kaya akan pemikiran yang
luar biasa.
Kurator yang sabar menghadapi
cuitan-cuitan kami bimbingannya yang selalu meminta cepat umpan balik. Padahal
pancing yang kami pasang sering kurang pas dengan tema yang disuguhkan.
Bagaimana rasanya ya, menghadapi kami yang mayoritas para emak-emak ceriwis. Memberikan
materi jauh dari kesan menggurui. Pemberi pencerahan ketika kami sudah mulai
kasak-kusuk kebingunggan. Penderma, sepertinya gelar kebangsawanan ini manis
tergantung di leher beliau. Penderma ilmu tentunya. Tidak ada kesan pelit
sedikit pun ketika berbagi tentang bagaimana sebuah tulisan itu baik, berbobot,
menantang, legit, liar, bebas, dan nyaman.
Tak ada hal lain yang
pantas tertuang untuk beliau, terima kasih atas segala ilmu yang disebarkan.
Hanya Allah yang mampu membalasnya. Terus bimbing kami, luruskan jika membelok,
bakar jika mulai melayu, dan bangunkan jika terjerembab. Kami bangga dibimbing
olehmu. Maafkan dengan renggekan, ketidak-sabaran, gerutuan yang selalu
meluncur tanpa menimbang rasamu. Sekali lagi terima kasih Masterku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar