Sabtu, 23 Februari 2019

Pesan Pak Eka


Mengintip Siluet Sang Kurator @ek_wardana

(Kunti Dewi Hambawani)


Malu? Ah tidak!
Mengapa belajar harus malu?
Minder? Sangattttttttttttttttttt! Sebab aku pendatang baru. Mencoba meraba tulisan teman-teman di gubuk Antologi 10. Benar, seolah anak burung yang saling berkeciap ketika sang induk hinggap dengan berjubel makanan di mulutnya. Teman-teman saling berebut meminta koreksi atas tugas yang telah di-pos-kan ke email “Sang Asal Njeplak”.

Ah, lelaki sederhana yang doyang menggerayangi alam. Sepertinya, makan merupakan hobi keramat yang harus dilakoni seperti tapa brata. Lihat saja, makmur perutnya. Ups! Maaf, di sengaja. Sedikit aku mengintip malu-malu ke laman Pesbuk-nya. Postur? Tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Indonesia sebab jika disandingkan dengan Michael Gregeyes─aktor film-film suku Indian itu, ya jauhlah. Kulit sawo matang dengan sedikit kumis yang dapat dihitung berapa helai jumlahnya seperti kumisnya Tukul Arwana. Hiks...hiks...

Dari sorot matanya, ada kejudesan yang mahatinggi mungkin kekenyangan makan kali ya, makan tulisan maksudku.  Judes saat mengoreksi tulisan kami, bimbingan beliau di Antologi 10. Di lain sisi, ada kepingan kesederhanaan, kesederhanaan dari arah yang entah aku pandang dari sebelah mana, sebab walaupun kemampuan tulis-menulisnya  tidak diragukan lagi,  dia jauh dari kesan sombong. Kelembutannya mengalir meskipun agak-agak pelit, tetapi tidak juga kok. Kelembutan yang disuguhkan ketika selesai tulisan dibantai habis dengan sambel kritik pedas─lalu “mak nyess”. Adem.

Eka Wardana, disematkannya nama itu oleh sang ayah dengan makna putra pertama yang suci, bersih. Pantas saja jika mengkoreksi tidak pandang itu siapa, kamu dari mana, tidak tebang pilih, semua setara. Semua dinilai apa adanya berdasarkan kemampuan masing-masing. Dianalisis menurut kadar keilmuan yang tepat dan benar. Bukan hendak memuji, sungguh! Seorang Kurator yang blak-blakan, tegas, nyebelin, terkadang bikin “esmosi” dan sakit hati alias “nylekit”.  Seorang penyihir hebat dalam bersilat kata dalam bentuk tulis, seperti  Hermione Granger yang cerdas dalam Kisah Harry Potter. Lihat saja, goresan penanya membludak, membuat iri siapa saja. Tulisan-tulisan yang ringan tetapi kaya akan pemikiran yang luar biasa.

Kurator yang sabar menghadapi cuitan-cuitan kami bimbingannya yang selalu meminta cepat umpan balik. Padahal pancing yang kami pasang sering kurang pas dengan tema yang disuguhkan. Bagaimana rasanya ya, menghadapi kami yang mayoritas para emak-emak ceriwis. Memberikan materi jauh dari kesan menggurui. Pemberi pencerahan ketika kami sudah mulai kasak-kusuk kebingunggan. Penderma, sepertinya gelar kebangsawanan ini manis tergantung di leher beliau. Penderma ilmu tentunya. Tidak ada kesan pelit sedikit pun ketika berbagi tentang bagaimana sebuah tulisan itu baik, berbobot, menantang, legit, liar, bebas, dan nyaman.

Tak ada hal lain yang pantas tertuang untuk beliau, terima kasih atas segala ilmu yang disebarkan. Hanya Allah yang mampu membalasnya. Terus bimbing kami, luruskan jika membelok, bakar jika mulai melayu, dan bangunkan jika terjerembab. Kami bangga dibimbing olehmu. Maafkan dengan renggekan, ketidak-sabaran, gerutuan yang selalu meluncur tanpa menimbang rasamu. Sekali lagi terima kasih Masterku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Sastra

Kalian dalam Sebuah Episode